BAB
I
PENDAHULUAN
Latar belakang
Islam memiliki karakteristik global, yang mana bisa diterima dalam setiap
ruang dan waktu. Namun saat ia memasuki berbagai kawasan wilayah, karakteristik
globalnya seolah-olah hilang melebur ke dalam berbagai kekuatan lokal yang
dimasukinya. Satu kecendrungan dimana biasa Islam mengadaptasi terhadap
kepentingan mereka. Khususnya dikawasan Nusantara, dimana disana identik dengan
budaya melayu, budaya Melayu yang ada di Nusantara menjadikan Agama Islam
disana berkarakter Islam melayu.Islam dan masyarakat tradisional Melayu pada
dasarnya adalah bentuk Islam pribumi, yang dianut sebagai prinsip-prinsip
akidah dengan ajaran-ajaran ritualnya yang bersifat wajib. Islamisasi
orang-orang Melayu, seperti itu juga yang dialami oleh orang-orang ditempat
lain, tidak pernah berlangsung secara sekaligus, akan tetapi melalui proses
yang berjalan secara bertahap-tahap.
Rumusan
Masalah
1.
Bagaimanaproses
penyebaran islam di kawasan melayu ?
2.
Apasaja teori-teori yang digunakan dalam proses penyebaran
islam di kawasan melayu ?
Tujuan
Penulisan
1.
Mengetahui
proses penyebaran islam di kawasan melayu.
2.
Mengetahui
teori-teori yang digunakan dalam proses
penyebaran islam di kawasan melayu.
Kegunaan
Makalah
Makalah
ini dibuat sebagai tugas terstruktur dan sebagai bahan diskusi
BAB
II
PEMBAHASAN
Proses Masuknya
Islam Di Kawasan Melayu
Islam datang dikawasan Melayu diperkirakan
pada sekitar abad ke-7. Kemudian mengalami perkembangan secara intensif dan
mengislamisasi masyarakat secara optimal yang diperkirakan terjadi pada abad
ke-13 M. Awal kedatangannya diduga akibat hubungan dagang antara pedagang-pedagang
Arab dari Timur Tengah (seperti Mesir, Yaman, atau Teluk Persia) atau dari
daerah sekitar India (seperti Gujarat, Malabar, dan Bangladesh), dengan
kerajaan-kerajaan di Nusantara, semacam Sriwijaya di Sumatra atau dengan di
Maja Pahit di Jawa. Perkembangan mereka pada abad ke-13 sampai awal abad ke-15
ditandai dengan banyaknya pemukiman muslim baik di Sumatra seperti di Malaka,
Aceh, maupun di Jawa seperti di pesisir-pesisir pantai, Tuban, Gresik, Demak,
dan sebagainya.
Pusat-pusat kekuatan ekonomi masyarakat Islam secara
tidak langsung terlembagakan dalam bentuk kota-kota dagang atau munculnya para
saudagar muslim, baik di Malaka, Aceh, maupun pesisir-pesisir pulau jawa.
Saudagar-saudagar Arab, kelompok-kelompok sufi, dan para mubaligh dari teluk
persia, Oman maupun dari Gujarat-Persia tersebut atau dari berbagai tempat lain
dari Timur Tengah terus berakumulasi dengan kekuatan lokal, hingga terbentuknya
komunitas politik, yakni kesultanan pada abad ke-16. Dari sana para saudagar
mendapat perlingdungan dan semangat lebih untuk meneruskan langkah-langkah
ekonomi dan dakwahnya untuk menembus wilayah-wilayah Timur lainnya, seperti
daerah-daerah Jawa, serta daerah Maluku, seperti Ambon, Ternate, Tidore, dan
seterusnya, termasuk Kalimantan, pulau-pulau Sulu dan Filipina.
Pengaruh persia terhadap kebudayaan Melayu juga sangat
terasa pada pemikiran-pemikiran seni dan bahasa. Banyak pola-pola kata dan
bahasa yang di adopsi dari pola-pola Persia, simana huruf akhiran
“th” yang selalu dibaca tegas seperti pada kata masyaraka(t), makluma(t),
khiyana(t), dan sebagainya. Sementara dalam pola bahasa Arab akhiran “t” selalu
dibaca mati dan diganti dengan akhiran “h”; khiyanah, ma’lumah, dan
sebagainya.Istilah-istilah lain seperti cilla (duduk
bersila), bazar (pasar) dan sebagainya, termasuk pada pola dan
wujud seni sastra Melayu yang hampir separuhnya terpengaruh Persia.
Mengenai teori kedatangan Islam di Melayu terdapat
banyak pendapat dan masing-masing pendapat diikuti dengan bukti-buktinya.Memang
banyak hal yang dipermasalahkan apabila membicarakan apabila membicarakan
tentang kedatangan Islam.meskipun demikian maka teori kedatangan Islam meliputi
tiga hal pokok yakni dari mana asal kedatangan Islam waktu kedatangan Islam dan
siapa yang membawa Islam itu sendiri. Namun terlepas dari teori
tersebut yang jelas Islam pada awalnya bertapak di kota-kota pelabuhan seperti
Samudra Pasai, Aceh, Malaka, Riau, dan kota-kota pelabuhan lainnya. Hal ini
disebabkan karena Kepulauan Melayu memang berada di persimpangan jalan laut
bagi para pedagang yang akan melakukan perjalanan perniagaan. Misalnya pedagang
Arab, Persia, India, dan China dengan dua arah bolak balik. Oleh sebab itu
secara umum dikatakan bahwa Islam disebarkan oleh para pedagang muslim yang
melakukan perdagangan ke berbagai wilayah.
Sebelum islam datang ke tanah Melayu, orang-orang
Melayu adalah penganut annimisme, hinduisme, dan budhisme. Namun demikian,
sejak kedatangannya Islam secara berangsur-angsur mulai meyakini dan diterima
sebagai agama baru oleh masyarakat Melayu Nusantara. Proses islamisasi di
Nusantara tidak dapat dilepaskan dari peranan kerajaan Islam. Berawal ketika
Raja setempat memeluk Islam, selanjutnya diikuti para pembesar istana, kaum
bangsawan dan kemudian rakyat jelata. Dalam perkembangan selanjutnya, kesultanan
memainkan peranan penting tidak hanya dalam pemapanan kesultanan sebagai
institusi politik Muslim, pembentukan dan pengembangan institusi-institusi
Muslim lainnya, seperti pendidikan dan hukum (peradilan agama) tetapi juga
dalam peningkatan syiar dan dakwah Islam.
Teori-Teori
Penyebaran Islam Di Kawasan Melayu
1. Teori Arab
Pendapat ini menyatakan bahwa Islam datang langsung
dari Arab atau lebih tepatnya dari Hadramaut.Karena jika dilihat secara nyata
jauh ke belakang sebenarnya telah terjadi hubungan antara penduduk nusantara
dengan bangsa Arab sebelum kelahiran Islam. Dalam satu catatan
-shih” telah ditemui pada tahun 650 M/30 H. perkampungan tersebut dihuni oleh
orang-orang Arab yang datang ke Sumatera pada abad ke-7 M. Selain tu pula bahwa
pada abad 7 M yakni sekitar tahun 632 M berangkatlah satu ekspedisi yang
terdiri dari beberapa orang saudagar Arab dan beberapa orang mubaligh Islam
berlayar ke negeri Cina dan tinggal di pelabuhan Aceh yaitu di Lamuri. Kemudian
dikatakan pula bahwa pada tahun 82 H atau tahun 717 M berlayar pula 33 buah
kapal Arab-Persia yang diketuai oleh Zahid ke Tiangkok dan singgah pula di
Aceh, Kedah, Suam, Brunei dan lain-lain. Kepentingan mereka adalah
untuk berdagang dan menyebarkan Islam. selanjutnya T. W. Arnold dalam bukunya “The
Preaching Of Islam” menyebutkan pada 674 M telah ada koloni Arab di
Pantai Barat Sumatra dan ada dari pembesar Arab itu yang menjadi kepala koloni
disana, yaitu sekitar 676 M.
Teori Arab ini sangat banyak menampilkan bukti-bukti
tentang keberadaan orang Arab di Wilayah Melayu, baik sebelum Islam maupun
sesudah Islam.selain itu dapat juga dilihat bahwa system aksara Arab-Melayu
yang ada di nusantara merupakan saduran dari aksara Arab atau aksara Timur
Tengah. Hal ini menandakan telahh terjadinya interaksi yang dalam antara kedua
wilayah itu.
Dalam Hikayat Raja-raja Pasai menyebutkan
Syeikh Ismail dengan kapal dari Mekkah ke Pasai, djan lalu ia mengislamkan
Merah Silu – penguasa setempat – yang kemudian diberi gelar Sultan Malik
al-Saleh. Demikian juga informasi yang diberikan dalam sejarah Melayu (1952),
Parameswara – penguasa melaka – juga di Islamkan oleh Sayyid Abdul Aziz,
seorang Arab dari Jeddah. Setelah masuk Islam ia diberi gelar Sultan Muhammad
Syah. Historiografi lainnya, Hikayat Mahawangsa meriwayatkan
bahwa Syeikh Abdullah al-Yamani datang dari Makkah ke Nusantara dan
mengislamkan penguasa setempat, Phra Ong Mahawangsa(Merong Mahawangsa) dan para
mentrinya, serta sekalian penduduk Kedah. Setelah masuk Islam ia bergelar
Sultan Muzaffar Syah. Sementara itu, sebuah historiografi dari Aceh (1982)
menerangkan bahwa nenek moyang Sultan Aceh berasal dari Arab yang
bernama Syekh Jamal al-‘Alam, yang dikirim Sultan Utsmani untuk mengislamkan
penduduk Aceh. Riwayat Aceh lainnya menyatakan bahwa Islam diperkenalkan di
Aceh oleh seorang Arab yang bernama Syekh Abdulah ‘Arif sekitar tahun 506 H/
1111 M.
Dalam seminar sejarah masuknya Islam ke Indonesia
tahun 1962, Hamka menyebutkan bahwa Islam masuk ke Indonesia langsung dari
Arab, bukan melalui india bukan pada abad 11 akan tetapi Islam masuk pada abad
pertama Hijrah atau abad ke-7 Masehi. Pendapat ini didukung oleh Naquib
al-Attas dengan mengkaji literature Melayu abad ke-10 dan 11 H (16-17 M).karena
dalam berbagai tulisan Melayu selalu disebutkan peran bangsa Arab dalam proses
Islamisasi.
2. Teori
India
Teori kedatangan Islam ke Nusantara dibawa oleh
pedagang-pedang dari India telah dipelopori oleh orientalis seperti Snouck
Horgronje dan Brain Harrison. Teori ini diperkuat lagi dengan bukti lain yakni
penemuan batu-batu nisan seperti batu nisan di Pasai yang bertanggal 17
Dzulhijjah 831 H (27 September 1428) mirip dengan batu nisan yang ada dimakam
Maulana Malik Ibrahim di Gresik Jawa Timur bahkan sama pula bentuknya dengan
batu nisan yang terdapat di Cambay, Gujarat. Sementara itu didapati juga
pendapat yang mengatakan bahwa Islam dibawa oleh pedagang-pedagang yang berasal
dari Malabar bukan Gujarat. Hal ini dekarenakan adanya kesamaan
mazhab yang di anut oleh masyarakat Nusantara dengan masyarakat di Malabar
yakni manganut Mazhab Syafi’i. Sedangkan di Gujarat, masyarakatnya mengamalkan
mazhab Hanafi. Selain itu Gujarat menerima Islam lebih belakang dari Pasai.
Ada pula pendapat lain yang mengatakan bahwa muslim
yang banyak di Pasai adalah orang-orang Benggali atau keturunan mereka. Islam
muncul pertama kali di semenanjung Malaya dari arah pantai Timur bukan dari
pantai barat yaitu Malaka. Pendapat ini banyak dinilai lemah oleh sejarawan
karena alasannya tidak kuat terutama dalam hal angka tahun.
3. Teori China
Terdapat juga teori yang mengatakan bahwa Islam di
bawa ke Nusantara melalui Negara China karena Islam telah sampai ke China pada
zaman pemerintahan Dinasti Tang sekitar tahun 659 M. pendapat ini didukung oleh
Emanuel Godinho De Evedia yang digunakan oleh Othman dalam tulisannya yang
mengatakan bahwa Islam datang ke Nusantara dari China melalui Kanton dan Hainan
pada abad ke-9 M dengan bukti ditemukannya batu bersurat di Kuala Berang
Telengganu yang terletak di Pantai Timur Tanah Melayu.
Selain itu, teori ini didukung oleh fakta di mana
telah terjadi kegiatan perdagangan antara orang-orang Islam dari Asia barat
(Arab-Persi) sejak abad ke-3 H (abad ke-9 M) atau lebih awal yaitu abad pertama
kali hijrah (abad ke-7).Menurut Syafi Abu Bakar dalam penelitiannya mengatakan
bahwa terdapat lebih kurang 200.000 pedagang-pedagang di pelabuhan Katon yang
sebagian besarnya adalah pedagang-pedagang Islam.Mengenai teori China ini
sebenarnya masih lemah karena secara area atau lokasi, negeri China berada di
sebelah utara dan untuk sampai ke China harus melalui Selat Malaka terlebih
dahulu. Jika orang-orang Arab berdagang ke China mestinya akan singgah terlebih
dahulu di Nusantara sebelum Sampai ke China karena Nusantara berada di
tengah-tengah pelayaran perdagangan yang terkenal dengan nama selat Malaka.
Oleh karena itu, tidak dapat dipungkiri bahwa Islam telah ada di Nusantara
sebelum ke China.
4. Teori Eropa
Teori yang menyatakan bahwa Islam itu datang dari
eropa secara mutlak berpegang pada apa yang disebutkan oleh pengembara italia
Marcopolo bahwa masuknya islam ke Asia Tenggara adalah pada abad ke tiga belas
Masehi di sebelah utara pulau sumatera. Dalam hal ini mereka membatasi pendapat
hanya pada perjalanan Marcopolo ke daerah tersebut yang terjadi pada tahun 1292
M dengan pendapatnya sebagaimana yang tertulis di dalam Ensiklopedia dunia
islam sebagai berikut:
“sesungguhnya
semua penduduk negeri ini adalah penyembah berhala kecuali di kerajaan kecil
perlak yang terletak di timur laut Sumatera dimana penduduk kotanya adalah
orang-orang islam. sedangkan penduduk yang tinggal di bukit-bukit mereka
semuanya adalah penyembah berhala atau orang-orang biadab yang memakan daging
manusia,”
Selanjutnya, dikatakan pula bahwa karena penamaan ini
sebelum kedatangan Marcopolo, maka hal ini menmbulkan tanda Tanya. Mungkin saja
daerah samara bukan samudra itu sendiri. Tetapi jika ya demikian, maka
Marcopolo salah ketika mengatakan kota itu bukan kota islam, karena
sesungguhnya di sana terdapat beberapa batu tertulis dan merupakan pemerintahan
islam pertama di samudra. Sultan Malaka yaitu Malik al-Shaleh berada di sana
tahun 696 H (1297 M). Dengan demikian itulah masa pertama yang jelas tentang
adanya masyarakat islam yang pertama di Nusantara.
5. Teori Muslim
Ada beberapa pendapat sejarawan Arab dan Muslim
tentang masuknya islam di Asia Tenggara. Misalnya Muhammad Dhiya Syahab dan
Abdullah bin Nuh mengatakan bahwa banyak buku-buku sejarah dari Barat dan
orang-orang yang mengikutinya yang mengira bahwa islam masuk ke Indonesia pada
abad ke 13 M tetapi saya berkeyakinan bahwa masuknya islam ke Asia Tenggara
jauh sebelum masa yang diduga oleh orang-orang asing itu dan para pengikut
mereka.
Kemudian pendapat Syarif Alwi bin Thohir Al-Haddad
salah seorang Mufti Kesultanan Johor Malaysia mengatakan bahwa
pendapat-pendapat para sejarawan tentang masuknya islam ke Asia Tenggara adalah
tidak tepat. Terutama pendapat sejarawan Eropa yang menetapkan
masuknya islam ke jawa pada tahun 800-1300 H, di Sumatera dan Malaysia pada
abad ke 7 Hijriah. Kenyataan yang benar bertentangan dengan apa yang mereka
katakan. Karena sesungguhnya islam telah mempunyai raja-raja di Sumatera pada
abad ke enam bahkan ke lima hijriah.
Kemudian ahli sejarah dan mufti ini mengatakan bahwa
telah terjadi kesalahan tentang masuknya islam ke sumatera, negeri-negeri
melayu, kepulauan sulu dan Mindanao. Islam telah masuk ke daerah-daerah
tersebut sebelum waktu yang disebutkan oleh orang-orang eropa.Bukti-bukti telah
menunjukkan hal tersebut. Demikian juga yang terjadi tentang masuknya islam ke
jawa dan china. Rahasia (kunci) kesalahan ini sebagaimana dikatakan adalah,
bahwasanya orang-orang jawa tidak mempunyai penggalan tahunan yang tepat
sebelum masuknya islam dan sesungguhnya hal itu terjadi jauh setelah itu dan di
masukkan pada kejadian-kejadian dalam sejarah.
Keterangan-keterangan di atas ditambah lagi dengan apa
yang disebutkan oleh sejarah-sejarah Sulu dan Mindanao, bahwasanya Makhdum
datang ke daerah-daerah tersebut sebagai da’I pada tahun 1380 M yaitu tahun 782
hijriah bertepatan dengan 1308 tahun jawa. Maka antara masuknya Makhdum
Isha ke jawa dan tahun ini terdapat perbedaan yang tak kurang dari 47 tahun.
Selain itu, Dr. Muhammad Zaitun mengatakan bahwa
walaupun para sejarahwan menyebutkan masuknya islam ke Malaysia pada abad ke
enam hijriah (abad ke 12 M), pendapat yang lebih kuat adalah islam telah masuk
kesana jauh sebelum itu. Mungkin tahun yang disebutkan oleh mereka hanya
menjelaskan catatan-catatan sejarah seperti yang tertulis di prasasti yang
sampai kepadanya sesudah pemerintah wilayah-wilayah tersebut memeluk agama
islam dan terbentuk kesultanan-kesultanan islam di daerah tersebut. Di
Malaysia, wilayah kedah adalah wilayah yang paling cepat memeluk islam.
6. Teori
Benggali (Bangladesh)
Teori yang menyatakan bahwa Islam itu datang dari
Benggali (kini Bangladesh) yang diajukan oleh Fatimi.Fatimi beragumentasi bahwa
kebanyakan orang terkemuka di Pasai adalah orang benggali atau keturunan
mereka. Selain itu Fatimi menjelaskan bahwa Islam muncul pertama kali di
Semenanjung Malaya adalah dari arah pantai timur, bukan dari barat (Malaka),
pada abad ke 11 M, melalui Kanton, Phanrang, sementara elemen-elemen prasasti
yang ditemukan di Terengganu juga lebih mirip dengan prasasti yang ditemukan di
Leran.
Teori Gujarat dan Bengali sebagai tempat asal Islam di
Nusantara mempunyai kelemahan-kelemahan tertentu.Ini dimunculkan oleh Morrison
(1951).Ia menjelaskan meski batu-batu nisan yang ditemukan di tempat-tempat
tertentu di Nusantara boleh jadi berasal dari Gujarat atau Bengali, itu tidak
berarti Islam juga datang dari sana. Menurut Morrison, pada masa Islamisasi
Samudera Pasai yang raja pertamanng raja pertamanya wafat tahun 698 H/1297
M, Gujarat masih merupakan kerajaan Hindu. Barulah setahun kemudian (699
H/1298M) Cambay, Gujarat ditahlukkan kekuasaan Muslim. Selanjutnya dinyaatakan,
meski laskar Muslim beberapa kali menyerang Gujarat - masing-masing 415 H/1024
M, 574 H/1178 M, 595 H/1197 M – raja hindu disana mampu mempertahankan
kekuasaannya hingga tahun 698 H/1297 M. Berdasarkan hal tersebut, Morrisson mengemukakan
bahwa Islam di Nusantara bukan berasal dari Gujarat, melainkan dibawa para
Muslim dari Pasai Coromandel pada akhir abad ke-13.
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
Islam datang dikawasan Melayu diperkirakan pada
sekitar abad ke-7. Kemudian mengalami perkembangan secara intensif dan
mengislamisasi masyarakat secara optimal yang diperkirakan terjadi pada abad
ke-13 M. Awal kedatangannya diduga akibat hubungan dagang antara
pedagang-pedagang Arab dari Timur Tengah dari daerah sekitar India dengan kerajaan-kerajaan
di Nusantara.
Sebelum islam datang ke tanah Melayu, orang-orang Melayu adalah penganut
annimisme, hinduisme, dan budhisme. Namun demikian, sejak kedatangannya Islam
secara berangsur-angsur mulai meyakini dan diterima sebagai agama baru oleh
masyarakat Melayu Nusantara. Proses islamisasi di Nusantara tidak dapat
dilepaskan dari peranan kerajaan Islam. Berawal ketika Raja setempat memeluk
Islam, selanjutnya diikuti para pembesar istana, kaum bangsawan dan kemudian
rakyat jelata.
Saran
Kami menyadari bahwa makalah ini
masih sangat jauh dari kesempurnaan.Masih banyak kesalahan dan kekurangan dalam
penulisan makalah ini, baik yang kami sengaja maupun yang tidak kami
sengaja.Maka dari itu sangat kami harapkan saran dan kritik yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.Semoga dengan berbagai kekurangan
yang ada ini tidak mengurangi nilai-nilai dan manfaat dari mempelajari sejarah islam
dan peradaban melayu.
DAFTAR PUSTAKA
C. Ricklefs, Sejarah Indonesia Modem (Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press,1991), him.
Azyumardi Azra, Islam Nusantara:
Jaringan Global dan Lokal (Bandung: Mizan, 2002) hlm.20-21
P.A. Hosein Djadjadiningrat, “Islam di
Indonesia”, dalam Kennet Morgan, ed., Islam Djalan Mutlak, terj.
Abu Salamah, ddk. (Djakarta : PT. Pembangunan, 1963), hlm. 99-140
Buku Silang Budaya Tiongkok Indonesia – Prof Kong Yuanzhi
Hasbullah, Islam
dan Tamadun Melayu, Riau: Daulat Riau, 2009.
Helmiati, Islam
dalam Masyarakat & Politik Malaysia, Pekanbaru: Suska Press UIN
Suska Riau, 2007.
Roza
Ellya, Islam dan Tamadun Melayu, Pekanbaru-Riau: Daulat Riau,
2013.
Thohir
Ajid, Studi Kawasan Dunia Islam Perspektif Etno-Linguistik dan
Geo-Politik, Jakarta: Raja Pers, 2011.